Sore telah tiba. Seekor burung merpati hinggap di kepala Sapirus, si sapi kurus. Dia berbisik kepada Sapirus. “Ada yang mau mencuri Tutu, si anak sapi.”
“Siapa?” tanya Sapirus. “Kamu dengar dari siapa?”
“Aku melihat beberapa orang dengan wajah seram berbisik-bisik di belakang peternakan. Kata temanku mereka mengintip kandang sapi lalu menunjuk-nunjuk Tutu. Salah seorang dari mereka mengeluarkan sebuah botol berisi serbuk. Lalu seorang lagi berlagak pingsan. Mungkin mereka akan menggunakan racun,” Merpati bercerita.
“Siapa yang diracuni?” tanya Sapirus.
“Aku tidak tau,” kata Merpati sambil terbang. “Hati-hati, Sapirus!”
“Terima kasih untuk informasinya!” seru Sapirus.
Kemudian Sapirus mengumpulkan teman-temannya dan memberitahukan informasi dari merpati itu. Mereka pun menyusun rencana. Pada saat itu Rode, anjing pemburu, berjalan terhuyung-huyung lalu tersungkur di depan kandang sapi. Tidur pulas dan tidak bergerak lagi.
“Oh, ternyata Rode yang diberi racun,” kata Sapirus.
“Bagaimana dengan penjaga-penjaga?” tanya Sapi Tua.
“Tadi aku lihat seorang penjaga memegangi perutnya. Tampaknya kesakitan,” kata seekor sapi.
“Hm, pasti mereka kena racun juga,” kata Sapi Tua.
“Kalau begitu kita harus kompak, saling menjaga. Jangan sampai pencuri-pencuri itu membawa Tutu,” kata Sapirus.
Malam semakin gelap karena penjaga belum menyalakan lampu di kandang sapi. Ada beberapa orang mengendap-endap menuju kandang sapi. Sapi-sapi memerhatikan orang-orang itu dengan diam dan tenang, seakan-akan mereka tidur. Tetapi begitu pencuri-pencuri itu masuk kandang mereka segera memulai serangan pertama.
“Mooo…!” seekor sapi melenguh keras.
“Mooo… mooo…!” sapi lain melenguh.
“Mooo…!” dan yang lainnya juga.
Sapi-sapi itu serempak berbunyi seperti paduan suara. Para pencuri menjadi panik. Mereka saling berpandangan, melihat ke sekeliling kandang, kalau-kalau ada penjaga yang kebal terhadap racun mereka. Akhirnya mereka mengeluarkan senjata dari dalam baju mereka, kayu pemukul.
Serentak sapi-sapi menerjang dan menanduk para pencuri itu. Para pencuri berteriak kesakitan, lalu mereka melarikan diri. Sapi tua mengejar mereka sampai ke dekat gerbang, tetapi Sapirus memanggilnya.
“Sapi Tua, ayo kembali! Jangan berlari sendirian!” Sapi Tua segera kembali. Sapi-sapi bergembira merayakan kemenangan mereka.
“Mooo… mooo….”
“Mooo… mooo… mooo….”
Ternyata kepala penjaga melihat kejadian itu dari jendela rumahnya, tetapi dia tidak sanggup keluar. Perutnya masih melilit sakit sekali. Tetapi dia memaksakan diri dengan tertatih-tatih memeriksa kandang sapi. Kemudian dia menyalakan lampu di kandang sapi. Lalu kembali ke rumahnya, berjalan pelan, membungkuk menahan sakit perutnya.
Keesokkan harinya pagi-pagi benar pemilik peternakan datang. Dia langsung memeriksa kandang sapi.
“Mooo… mooo….” Sapi-sapi menyambutnya. Sang pemilik menepuk-nepuk lembut punggung setiap sapi sambil mengatakan sesuatu dengan ramah.
“Mooo…,” sapi-sapi senang. Mereka merasakan kasih sayang pemilik mereka. Tetapi ketika sampai pada giliran Sapirus, pemilik itu memeluknya. Sapirus senang sekali dipeluk.
Kemudian sang pemilik peternakan memanggil tukang bangunan untuk memperbaiki gerbang yang dirusak oleh para pencuri. Dia juga memanggil dokter hewan untuk memeriksa Rode, si anjing pemburu. Penjaga-penjaga dibawa ke rumah sakit. Sementara itu ada penjaga-penjaga baru yang bertugas sampai penjaga-penjaga yang sakit sehat kembali.
Sapi-sapi sangat gembira mempunyai pemilik yang baik hati. Pemilik peternakan itu mengelola peternakannya dengan baik. Dia tidak sombong dan tidak semena-mena.
“Aku merasa nyaman tinggal di sini,” kata Sapirus.
“Mooo….,” semua sapi setuju.
Cerita oleh Sylvia Djauhari
Related Artikel