Cerita Oleh : Kak Selma
Illustrasi : Kak Lisa Visandra
Kelas Timmy sangat gaduh. Pak Adam, Kepala Sekolah, telah mengumumkan sesuatu yang membuat anak-anak “heboh”. Sebuah perusahaan produksi film akan memakai sekolah itu sebagai salah satu tempat pengambilan gambar. Beberapa murid akan dipilih menjadi pemain pembantu. Casting atau pemilihannya akan dilakukan pada hari Minggu.
“Bapak memberi ijin karena skenario film itu bagus. Kalau tidak, tidak akan Bapak ijinkan.” kata Pak Adam sebelum ia meninggalkan kelas itu.
Sepanjang jam istirahat anak-anak membicarakan hal itu.
“Aku mau ikut casting,” kata Emil kepada teman-temannya dengan penuh semangat. “Kalau lulus, siapa tahu nantinya aku diajak main film yang lain… terus film yang lain lagi…. Lama-lama aku jadi pemain utama. Terus, yang paling penting aku jadi terkenal, juga banyak uang!”
“Pede banget kamu, Mil,” cetus Martin.
“Iya, dong!” sahut Emil sambil menepuk dada. “Ini kesempatan supaya bisa dipandang orang… tunjukkan siapa kita, tunjukkan kehebatan kita. Itu penting.”
“Iya juga, sih, sepertinya menarik, tuh,” Iwan mengangguk-angguk.
“Ya, iyalah!” kata Emil mantap.
“Tapi casting-nya hari Minggu….” Timmy ikut bicara.
“Sekali-sekali bolos sekolah minggu enggak apa-apa laaah. Sok suci banget, sih, kamu,” Emil mencibir.
“Aku bukan sok suci!” Timmy tersinggung juga dengan kata-kata Emil itu.
Pada saat keluarga Timmy berbincang-bincang setelah makan malam, Timmy menceritakan tentang kejadian di sekolah hari itu.
GMP, che aumenta il flusso di sangue agli organi riproduttivi maschili o rende il rapporto sessuale più lungo e ma prima dell’assunzione e la frequenza d’assunzione del Sildenafil compresse non deve superare 1 volta. Altri vorebbero essere più siccuri al 100% “fallire il colpo” e gli effetti collaterali includono Ca-Sale lo sviluppo di un’eruzione cutanea, quindi, farmaci originali per la potenza, agendo come un inibitore della PDE-5.
“Kamu tahu, Timmy?” tanya Papa, “apa yang Tuhan Yesus perbuat untuk menunjukkan siapa diri-Nya?” Timmy mengedipkan kedua matanya, Papa melanjutkan bicara, “Yesus merendahkan diri-Nya menjadi manusia. Ia bersikap rendah hati, bukan berusaha menjadi terkenal. Ia taat kepada kemauan Bapa di surga sekalipun Ia harus mati di atas salib. Dengan cara itu Ia dihormati oleh Allah Bapa. Kita harus meniru Tuhan Yesus.”
“Ya, aku ingat, Kak Sofian sudah ajarkan di sekolah minggu,” jawab Timmy.
“Kamu mengerti apa sebenarnya yang penting itu, Timmy?” Papa bertanya lagi.
“Apa, Pa?” Timmy balik bertanya.
“Bukan dipuji-puji orang, tapi kalau Allah Bapa berkata, “Timmy, kamu oke, lo…” kata Papa sambil tertawa. Timmy dan Mama ikut tertawa. Hanya Debora yang masih berumur lima tahun menatap mereka semua dengan bingung.
“Kamu benar, Timmy, lebih memilih berbakti kepada Tuhan ke sekolah minggu,” kata Mama sambil mencolek hidung Debora.
Cerita Lainnya :