Cerita:Kak Widya
illustrasi : Kak Heru
“Lagi-lagi harus isi renungan…,” kata Hana sambil melemparkan sebuah buku berukuran kecil ke atas meja. nike air max 2017 verde donna Dia menghempaskan tubuhnya ke atas kursi dengan berat.
Hana membuka lembaran hari ke-2 dan mengambil Alkitab.
“Ma… Matius pasal 10. Nah, ini dia…,” kata Hana. Lalu dia mulai membaca pertanyaan pertama: “Apa yang terjadi dengan burung pipit dalam tangan Allah? Lihat ayat 29.” Hana menyusuri ayat itu dan membacanya secara cepat.
“Apa, ya, jawabannya? Hm… mungkin ini. Tidak ada burung pipit yang jatuh tanpa Tuhan tidak tahu.”
Hana membaca pertanyaan selanjutnya. “Bagaimana dengan rambut di kepalamu? Lihat ayat 30. Jadi jika demikian Allah….”
“Semua rambut kepala dapat terhitung oleh Allah,” gumam Hana sambil menulis jawaban itu di sebelah pertanyaannya.
“Sekarang pertanyaan terakhir,” kata Hana sambil cengar cengir.
“Ah… ini mudah. Karena kita lebih berharga daripada burung pipit…. nike internationalist hombre Selesai!”
Hana segera mencari Ibu di warung nasinya. “Bu, tolong tanda tangan. Womens Jordan Retro 3.5 Sudah selesai,” pinta Hana sambil menyodorkan buku kecil itu.
Ibu membaca jawaban Hana dan tersenyum. basket adidas homme yeezy “Lalu berkat apa yang kamu dapat hari ini?”
“Ng… Womens Nike Roshe One apa ya? Oh, itu, Hana tidak perlu khawatir soal apa pun. Tuhan selalu mau menolong,” jawab Hana dengan mengacungkan jempolnya.
“Betul sekali,” sahut Ibu sambil menuliskan tandan tangannya.
Beberapa hari kemudian….
Hari itu Hana pulang dari sekolah dengan lesu. Women Air Jordan 13 Perlahan Hana menarik kursi dekat meja makan, lalu duduk. Kepalanya tertunduk. Tercium bau ikan goreng di depannya, namun dia tidak merasa lapar. Teringat olehnya kejadian waktu istirahat tadi.
“Hana, kamu dipanggil Ibu Yanti ke ruang TU,” panggil Susi. Hana melambaikan tangannya kepada Susi dan berjalan ke ruang TU. Air Jordan 3 Langkahnya terasa berat dan hatinya mulai berdebar. “Jangan-jangan masalah yang sama lagi,” pikir Hana.
“Sini, Hana. Ayo duduk,” sapa Ibu Yanti begitu melihat Hana masuk melalui pintu ruang TU.
Hana duduk. “Ibu memanggil saya?”
“Ya, HAna. adidas yeezy boost Ibu mendapat laporan kalau kamu belum membayar uang sekolah selama dua bulan. Ini surat untuk ibumu. Sekolah tidak bisa memberikan kelonggaran waktu terlalu lama,” jelas Ibu Yanti.
Hana mengangguk lesu. Nike Air Max Thea Heren
Dia mengambil surat itu dan berjalan keluar dari ruang TU. Bukan hanya sekali ini dia dipanggil, dan kali ini waktu pembayaran sudah lewat terlalu lama. “Aku bisa dikeluarkan kalau tidak segera membayar uang sekolah,” keluh Hana dalam hatinya. buty damskie squash asics Tidak bisa ia bayangkan bagaimana Ibu akan bisa membayar uang sekolahnya. Warung nasi Ibu hanya bisa mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Biasanya uang sekolah Hana dibayar dari hasil tambahan Ibu sebagai penjahit. Zapatillas Air Max Nike Tetapi dalam waktu dua bulan terakhir ini, tidak pesanan baju. Hana menarik napas panjang.
“Lo, Hana, kamu belum makan?” tanya Ibu yang baru datang, melihat Hana duduk melamun. Hana tidak menjawab. Rutgers Scarlet Knights Jerseys
Ia hanya menyodorkan amplop yang tadi diterimanya dari Ibu Yanti kepada Ibu.
Ibu membaca surat itu lalu melipatnya. asics gel nimbus 17 hombre Hana memperhatikan wajah Ibu. Sekilas dia melihat kekhawatiran di mata Ibu, tetapi Ibu terlihat tenang saat berkata, “Ibu akan mengusahakan yang terbaik, Hana. TUBULAR SHADOW KNIT
Air Max 2016 Mujer Kamu tidak perlu takut.”
“Tapi bagaimana kalau kita tidak bisa bayar uang sekolahku? Hana bisa dikeluarkan dari sekolah. Hana ingin sekolah, Bu…,” kata Hana dengan cepat.
Ibu meletakkan tangannya di bahau Hana. Dia menatap Hana dan berkata. “Kamu ingat apa yang Tuhan katakan mengenai kekhawatiran? Kamu baru membacanya beberapa hari yang lalu.”
Hana menggelengkan kepalanya dan mengaku, ” Maaf, Bu, Hana tidak ingat.”
“Tuhan meminta agar kita tidak khawatir tentang apa pun. Canotta Charlotte Hornets Tuhan akan menolong kita. Toronto Raptors
Kita hanya perlu percaya pada-Nya,” kata Ibu. polska biega asics sac fjallraven kanken pas cher Lalu Ibu memimpin mereka berdoa. Nike Mercurial homme Setelah itu barulah Hana merasa lapar.
Keesokan harinya sementara Hana masuk ke kelasnya, Ibu pergi ke ruang TU. Marcus Mariota – Oregon Ducks Jerseys Setelah Hana pulang dari sekolah Ibu memberitahukannya kalau mereka diberikan waktu lagi selama satu minggu untuk dapat melunasi uang sekolahnya.
“Tapi, Bu, dari mana kita bisa mendapatkan uang dalam waktu satu minggu?” tanya Hana.
“Tuhan akan menolong kita,” jawab Ibu.
Seminggu telah berlalu dan Hana merasa tidak ingin ke sekolah hari itu. Selama seminggu ini tetap saja tidak ada orang yang datang untuk menjahit baju pada Ibu. buy ffxiv gil Bagaimana ia dapat melunasi uang sekolahnya? Bukankah lebih baik tidak usah ke sekolah saja?
“Lo, Hana, kamu belum ganti pakaian? Nanti kamu terlambat. nike pas cher Ayo, cepat sana!” Teguran Ibu mengejutkan Hana.
Hana hanya menggelengkan kepalanya.
“Oh, iya!” Ibu tersadar akan sesuatu, “Kamu harus membayar uang sekolahmu hari ini, ‘kan?”
Hana memandang ibunya dengan penuh tanda tanya. Kemudian Ibu melanjutkan, “Kemarin Ibu menerima kiriman uang dari pamanmu yang tinggal di luar kota. Kamu tahu? Jumlah uang itu cukup untuk membayar uang sekolahmu.”
Hana menatap Ibu dengan tidak percaya, lalu memeluknya, “Oh, Ibu! Hana bisa sekolah lagi!”
“Ya, Hana! Pertolongan Tuhan tidak pernah terlambat,” kata Ibu. “Nanti siang Ibu akan antarkan sendiri uang sekolahmu.
Pingback: Mengenal Allah >> Sekolah Minggu | Sekolah Minggu