Sapirus adalah seekor sapi yang sangat kurus tetapi kuat. Sejak kecil induknya selalu memberi semangat kepada Sapirus.
“Jangan takut, jangan sedih atau marah jika sapi-sapi lain mengejekmu. Tunjukkan bahwa kamu sama kuatnya seperti mereka. Kamu juga punya anggota tubuh yang lengkap sama seperti mereka. Karena itu ingatlah selalu kamu sama dengan mereka.”
Begitulah Sapirus tumbuh menjadi seekor sapi muda yang kuat walaupun tetap sangat kurus. Sering sekali sapi-sapi lain di peternakan mengejeknya.
“Sapi kurus tidak laku dijual,” kata seekor sapi.
“Iya, sapi kurus tidak berguna, tidak kuat menarik gerobak,” kata sapi yang lain. “Apalagi membajak sawah, ha…ha…,” semua sapi tertawa.
Tetapi Sapirus selalu mengingat perkataan induknya. “Aku memang kurus, tapi sehat dan kuat,” katanya selalu.
Suatu hari peternakan itu bersama semua sapinya dijual oleh pemiliknya. Semua sapi sedih dan takut, kecuali Sapirus.
“Bagaimana kalau nanti aku dijadikan bakso, hiks…,” seekor sapi menangis.
“Iya, bagaimana kalau aku dicambuk waktu menarik gerobak, huuu…,” sapi yang lain menangis.
“Jangan takut, teman-teman. Pemilik peternakan yang baru belum tentu jahat,” Sapirus menghibur.
“Tentu saja kamu tenang. Kamu tidak laku dijual,” jawab seekor sapi kesal.
“Bukan begitu, teman. Kita selidiki dulu pemilik yang baru itu,” Sapirus berkata tenang. “Kalau benar dia jahat kita cari cara untuk menyelamatkan diri.”
“Benar, pintar juga kamu,” kata teman Sapirus.
Sapirus dan teman-temannya menyelidiki pemilik baru peternakan itu. Mereka mendapat kabar dari binatang-binatang lain yang ada di peternakan, dari seekor anjing pemburu, seekor burung hantu, ayam jago dan ayam-ayam betina, dan burung-burung merpati.
“Teman, kata mereka semua, pemilik yang baru tidak jahat. Orang itu baik hati dan sayang pada hewan peliharaannya,” kata Sapirus kepada sapi-sapi lain.
“Kami tidak percaya. Kami mau kabur sebelum pemilik baru itu datang,” kata seekor sapi.
“Jangan!” seru Sapirus. “Kalian mau ke mana? Mau tinggal di mana?”
“Ke mana saja. Yang pasti tidak diam di sini,” kata seekor sapi tua.
Sapirus tidak bisa mencegah sapi-sapi itu kabur. Malam harinya sapi-sapi itu berjalan keluar kandang. Binatang-binatang lain melihatnya tapi diam saja. Di kandang sapi hanya tinggal Sapirus sendiri. Dia tidak bisa tidur. Sedih adn khawatir memikirkan teman-temannya yang melarikan diri.
Keesokkan harinya pemilik baru itu datang bersama seorang pria lain. Orang itu tampak ramah. Ketika melihat kandang spi yang kosong dia berhenti. Wajahnya yang ramah tampak terkejut. Ia mengatakan sesuatu kepada pria yang bersamanya itu. Kemudian ia menghampiri Sapirus dan membelai-belai punggungnya.
“Wah, pemilik baru itu benar-benar baik,” kata Sapirus dalam hati. “Mukanya sangat ramah dan suka tersenyum. Tangannya lembuuut sekali. Pasti hatinya juga selembut itu. Ah, sayang teman-teman kabur.”
Setelah memeriksa seluruh peternakan itu pemilik baru itu pergi. Tapi ada beberapa penjaga yang tinggal di situ.
Sapirus keluar dan mencari teman-temannya. Dia ingin memberitahukan bahwa pemilik baru itu benar-benar baik.
“Moo…moo….”
“Oh, itu seperti suara Sapi Tua,” kata Sapirus dalam hati. “Sepertinya ia kesakitan.” Sapirus berlari ke tempat itu.
“Moo…moo….” Ternyata satu kaki belakang Sapi Tua terperosok ke dalam lubang. Dia tidak bisa menarik kakinya sendiri.
“Tunggu, Sapi Tua! Aku akan segera menolongmu!” Sapirus berseru.
“Sapirus?” seru Sapi Tua.
Sapirus menolong sapi tua itu mengeluarkan kakinya dari lubang. Akhirnya Sapirus berhasil mendorong sapi tua yang besar dan berat itu.
“Terima kasih, Sapirus,” kata Sapi Tua. “Tapi kenapa kamu ke sini? Pasti orang itu jahat!”
“Oh, tidak. Kamu salah. Aku datang untuk memberitahu bahwa orang itu benar-benar baik. Penjaga-penjaga yang tinggal pun semuanya baik,” Sapirus menjelaskan.
“Oh, ya?” kata Sapi Tua tak percaya.
“Sebaiknya kamu pulang saja ke kandang,” kata Sapirus.
“Tapi…,” Sapi Tua ragu.
“Tinggallah beberapa hari sampai kakimu pulih. Setelah itu terserah kau mau pergi ke mana,” Sapirus memberi saran.
“Baiklah,” kata Sapi Tua. Kedua ekor sapi itu berjalan pulang ke kandang.
Ketika tiba di kandang seorang penjaga peternakan melihat kaki Sapi Tua yang sakit. Ia segera merawat kaki sapi itu. Sekarang Sapi Tua benar-benar percaya pemilik baru itu orang yang baik.
“Maafkan aku, Sapirus,” kata Sapi Tua. “Kami tidak percaya padamu dan selalu mengejekmu.”
“Aku sudah memaafkan kalian. Lupakan saja. Sekarang aku mau mencari teman-teman yang lain. Kamu istirahatlah, kakimu masih sakit,” kata Sapirus dengan rendah hati.
“Satu lagi, Sapirus, kamu memang kurus, tapi sehat dan kuat. Kamu kuat mendorong badanku yang besar dan berat ini,” kata Sapi Tua lagi.
“Haha…” Sapirus tertawa. Sapirus selalu bersyukur atas keadaannya. Dia selalu merasa dirinya diciptakan sempurna seperti yang dikatakan induknya. Karena itu dia selalu rendah hati dan sabar. Sehingga Sapirus menjadi berkat bagi teman-temannya.
Cerita oleh Sylvia Djauhari
Related Artikel
cerpen yang sangat mendidik dan menarik, saya senang sekali membacakannya untuk keponakan saya. terima kasih:)