Dengan riang seekor anak kera, Anra, melompat dari dahan pohon ke dahan lainnya. adidas superstar Ia baru saja pulang dari sekolah. Nike SB Air Zoom Setiba di pohon tempat tinggalnya, Anra segera berseru, “Mama, Mama, aku bawa berita bagus!”
“Berita apa?” tanya mama kera. chaussures nike femme 2017 Asics Gel Lyte 5 męskie Marcus Mariota “Nih, makanlah pisang dulu.”
Anra melihat pisang yang diberikan mamanya, lalu ia mencibir.
“Pisang ini kurus dan kecil. Womens Nike Air Max 90
Kata temanku, Nyet Nyet, di dekat bukit sana ada sebuah sungai. basket adidas zx flux Nike Air Yeezy di tepinya banyak pohon pisang. Pisangnya gemuk-gemuk dan besar-besar. nike kwazi soldes Yuk, kita ke sana, Ma,” kata Anra.
Mama kera menggeleng-gelengkan kepalanya. asics tiger “Tempat itu berbahaya, Anra. chaussure nike pas cher Banyak buaya di sana. asics france Cam Newton Kamu tahu ‘kan buaya? Dia akan menerkam kera-kera. Asics gel nimbus pas cher Karena itu tak ada kera yang berani ke sana,” nasihat mama Anra.
“Aaah, belum coba sudah takut duluan. Womens Air Jordan 3.5 Aku ‘kan jago lari dan lompat. Nike Roshe Run Motif Homme Canotta Los Angeles Lakers Kalau ada buaya mendekat, aku lari saja, lalu naik ke atas pohon,” Anra membantah.
“Makanlah. nike internationalist Pokoknya jangan sekali-kali kamu ke sana. Itu sangat berbahaya!” kata mama Anra.
Anra pun makan. Goedkope Nike Air Max 90 Setelah itu ia membuat PR. nike chaussures Jordan Horizon adidas stan smith camo Kemudian ia melompat pergi. chaussure timberland pas cher Miami Hurricanes Jerseys Ia bertekad untuk mengambil pisang yang gemuk-gemuk dan besar-besar itu.
Setelah berayun-ayun cukup jauh, Anra belum juga menemukan sungai itu. adidas y3 Maka, ketika ia melihat seekor gajah, ia turun dan bertanya, “Pak Gajah, aku mencari sungai yang ditepinya banyak pohon pisang. Apakah masih jauh?”
Pak Gajah melihat kepada anak kera itu dan menyipitkan matanya yang kecil.
“Setengah jam lagi baru kamu sampai di sana,” jawab Pak Gajah, “tapi, jangan pergi ke sana! Banyak buaya di sana. Kamu akan mendapat bahaya!”
“Terima kasih, Pak. Aku sudah tahu banyak tentang buaya,” kata Anra. Dengan sigap ia memanjat pohon dan berayun-ayun dari satu dahan ke dahan lain.
Setelah lama berayun, Anra duduk di sebuah cabang melepaskan lelah. sac à dos kanken fjallraven pas cher Di cabang itu ada seekor ular hitam kecil.
“Hai, mau ke mana kamu?” tanya ular hitam itu.
Anra terkejut.
Tetapi ia tahu, ular itu bukan ular berbisa dan juga masih kecil.
“Eeeh, aku mau ke sungai yang banyak pohon pisangnya. Kata mamaku banyak buaya di sana. Apakah masih jauh?” Anra menjawab sekaligus bertanya.
“Tidak, setelah melewati alang-alang yang tinggi itu, kamu akan bertemu dengan sungai itu dan pohon-pohon pisangnya,” kata ular itu. “Pisangnya besar-besar dan gemuk-gemuk. nike air max bw nike air max 90 blu donna Nike Air Max 2017 schoenen Sayang aku tidak suka pisang. Kamu ini sangat berani. Kera besar saja tidak berani ke sana. Adidas Scarpe Donna Kamu kera kecil, tapi berani ke sana,” puji ular itu.
Anra tersenyum, hidungnya kembang kempis mendengar pujian itu.
“Ya, aku ini ‘kan pandai berlari dan melompat. new balance avis Butler Bulldogs Masa, sih, aku tidak bisa menyelamatkan diri kalau bertemu buaya,” kata Anra dengan bangga.
“Lagi pula buaya-buaya itu pemalas. ugg australia pas cher Mereka sering tidur, kok. Kera-kera terlalu membesar-besarkan. ugg prix france Kurasa ular berbisa lebih berbahaya daripada buaya,” kata ular itu, “buaya, sih, tidak perlu ditakuti.”
“Oke, terima kasih. air jordan 6 low pas cher Aku akan melanjutkan perjalananku,” Anra berpamitan.
Akhirnya ia tiba di tepi sungai tujuannya. Mississippi State Bulldogs Jerseys Ia harus berjalan kira-kira lima belas meter untuk sampai di rumpun pohon pisang. Waaah, sudah kelihatan buah-buah pisang yang sudah masak. Yang masih hijau pun banyak. Chaussures Nike Anra meneteskan air liur.
Anra segera turun dari pohon. adidas yeezy boost Tiba-tiba saja ia terkejut. Seekor buaya membuka mulutnya dan berada dua meter di hadapannya. Maglie Minnesota Timberwolves Giginya besar-besar dan tajam, moncongnya panjang. Rupanya karena asyik melihat buah pisang, Anra tidak memperhatikan ada seekor buaya di tepi sungai.
Anra gemetar. fjallraven kanken goedkoop Baru pernah ia melihat buaya yang siap menerkam. NMD Air Jordan 11 For Kids Ia pernah melihat gambar buaya kecil yang sedang tidur. Tetapi yang ini… fjallraven kanken uk Joe Panik Jersey oh, sungguh menyeramkan! Tiba-tiba ia sadar bahwa nasihat mamanya dan Pak Gajah itu benar.
“Lekas naik ke punggung Mama!” tiba-tiba mama kera sudah berada di dekatnya. Air Max Homme nike internationalist asics gel lyte 3 hombre rojas Dengan sigap ia menggendong Anra menjauhi buaya itu dan naik ke pohon, lalu berayun-ayun dari pohon ke pohon menjauhi sungai dan buaya itu.
Setelah aman, mereka beristirahat. Napas mama kera ngos-ngosan.
“Untung kita selamat,” kata mama kera.
“Mama, maafkan aku. Terima kasih karena Mama menyelamatkanku,” kata Anra.
“Mama mengikutimu. Pak Gajah memberikan nasihat yang benar, tapi tidak kamu turuti. asics gel kinsei Lalu ular memberimu nasihat yang salah. ugg pas cher ugg paillettes adidas yeezy boost 350 hombre Dan inilah akibatnya. Kalau saja aku tidak mengikutimu, pasti kamu sudah diterkam buaya itu!” kata induk kera itu.
“Mari kita pulang. Lain kali jangan dengarkan suara yang salah!” kata mama kera dan mereka pun berayun-ayun dari satu dahan ke dahan lain.